Sabtu, 11 Juni 2011

Perana Filsafat Yunani Kuno terhadap Pemikiran Islam Abad Pertengahan

A.    Filsafat Yunani Kuno
Konon, orang yang mula-mula menggunakan akalnya secara serius adalah Thales dan ia disebut sebagai bapak filsafat. kemudian, keadaan itu semakin ramai oleh kemunculan tokoh-tokoh lainnya seperti Zeno, Protagoras, Socrates dan tokoh-tokoh lainnya.
Salah satu tokoh filsafat Yunani Kuno yang terkenal adalah Aristoteles. Ia merupakan ahli sains dan filsafat dan juga di bidang politik, retorika dan dialektika. Diantara karya-karyanya adalah Organon  yang berisi tentang categories.  Bukunya, On Interpretation  yang membahas  berbagai tipe proposisi. Buku Prior Analytics  membicarakan silogisme dan konsep induksi, buku Posterior Analytics yang memberikan penjelasan Ilmiah tentang pengetahuan sains, dan masih ada lagi karya-karyanya yang lain.
Di dalam dunia filsafat, Aristoteles terkenal sebagai bapak Logika. Logikanya dikenal dengan logika tradisional yang juga disebut dengan logika formal.
Selain itu, ada Plato yang merupakan salah seorang murid dan juga teman Socrates yang nantinya menjadi guru Aristoteles. Ia memperkuat pendapat gurunya. Ia menyatakan bahwa kebenaran umum (definisi) itu bukan dibuat dengan cara dialog yang induktif seperti pada Socrates; pengertian umum itu sudah tersedia di alam idea dan esensi itu mempunyai realitas.
Pemikiran-pemikiran inilah yang nantinya merupakan salah satu dari pemikiran filosof Yunani Kuno yang menjadi inspirasi dari filsafat dan perkembangan Ilmu Pengetahuan di duni Timur pada Abad pertengahan.

B.     Pemikiran Islam Abad Pertengahan
Peradaban masyarakat muslim pada abad pertengahan mengalami kemajuan yang pesat berbanding terbalik dengan keadaan yang terjadi di dunia barat, dimana saat itu pemikiran manusia dikekang oleh agama.
Pemikiran Islam pada abad pertengahan tidak hanya didominasi oleh akal saja, tetapi rasa (adz-dzauq) juga berpengaruh terhadap pemikiran Islam pada masa itu. Perkembangan filsafat rasional (akal) dan tashawwuf rasa (dzauq) terjadi bersama-sama dalam Islam, tetapi bukan berarti selalu sependapat. Terdapat perbedaan antara pemikiran rasional (filsafat) dan rasa (tashawwuf), diantaranya adalah yang bersifat prinsip.
Akan tetapi perkembangan ilmu pengetahuan pada abad pertengahan tersebut tidak menyebabkan ada orang Islam yang didominasi oleh hati (rasa) seratus persen. Salah satu penyebab hal tersebut adalah karena kitab suci Islam (Al-Quran) menghargai akal dan hati (iman), sedangkan kitab suci kristen tidak memberi tempat bagi penggunaan akal.
Di dunia timur, perkembangan pemikiran Islam tersebut terjadi selama abad ke-8 sampai dengan abad ke-13. Pada masa itu, didirikan perguruan Bait al-Hikam sebagai pusat penerjemahan dan pengembangan filsafat dan sains. Penerjemahan terhadap karya-karya filosof Yunani Kuno diadakan secara besar-besaran atas dorongan Khalifah Al-manshur dan Harun Ar-Rasyid, kemudian Al-Ma’mun.
Kepala penerjemah di Bait Al-Hikmah ialah Hunain ibn Ishaq al-‘Ibad (809-877), yang merupakan seorang Nasrani. Hunain bersama para muridnya menerjemahkan buku-buku Yunani seperti Kary, Galen, hipokrates, Ptolemeus, Euklid, dan Aristoteles yang mencakup pengetahuan filsafat, kedokteran, matematika, fisika, mekanika, botani, optika, astronomi, dan lain-lain[1]. Selain itu juga diterjemahkan buku-buku dari India seperti buku tentang astronomi dan matematika dan dari Persia seperti buku tentang seni dan sastra.
Dari hasil penerjemahan tersebut, pemikiran ilmuan di dunia timur mendapat inspirasi yang cemerlang, sehingga mereka bisa mengembangkan pemikiran filosof Yunani tersebut menjadi pemikiran yang sangat berguna bagi manusia. Seperti berkembangnya ilmu hitung, ilmu ukur, aljabar, ilmu falak, kedokteran, kimia, ilmu alam, geografi, sejarah dan bahasa serta sastra arab disamping filsafat itu sendiri.
Tokoh-tokoh filosof Islam yang terkenal antara lain:
1.      Al-Biruni (973-1048)
2.      Umar al-Khayyam (1048-1123)
3.      Ibn Musa al-Khawarizmi (780-850)
4.      Zakaria ar-Razi (865-925)
5.      Ibn Sina (filosof dan juga dokter) (980-1037)
6.      Al-Kindi (801), dan lain-lain.

ANALISIS
Kebenaran yang tidak dapat kita pungkiri bahwa peradaban Yunani, India dan Persia mempengaruhi peradaban Islam. Diantara ilmu-ilmu India yang besar pengaruhnya kepada intelektual Islam adalah ilmu hitung, astronomi, ilmu kedokteran, dan  dalam bidang ilmu dan filsafat, menurut Ahmad Amin adalah dari Yunani[2] karena kontak umat Islam dengan kebudayaan Yunani bersamaan waktunya dengan penulisan-penulisan ilmu Islam, maka kebudayaan Yunani masuk ke dalamnya.
Kita bisa melihat pada pengadaan penerjemahan yang dilakukan secara besar-besaran pada masa khalifah Al-Ma’mun yang mana mereka menerjemahkan karya-karya filosof Yunani Kuno seperti karya Plato, bukunya Thaetius, Cratylus, Parmenides dan lainnya, karya Neo Platonisme, seperti Enneads, Theologia, Isagoge, Elements of Theologhy dan lainnya. Dari penerjemahan karya-karya inilah nantinya pemikiran ilmuan-ilmua Islam terpengaruh dengan cara kerja filsafat yang menggunakan akal secara lebih, meskipun para ilmuan Islam tetap bersumber pada nash-nash agama, seperti filosof muslim Ibnu Sina yang terpengaruh berat oleh Aristoteles.
Contoh pemikiran para ilmuan Islam yang terpengaruhi oleh filsafat Yunani dapat kita lihat pada ilmu kalam, tashawwuf, ushul fiqh dan sains. Al-Kindi ahli ilmu pasti dan ilmu falak yang tersohor, Ibnu Sina yang masyhur sebagai ahli kedokteran yang menyusun kitab Al-Qonun yang menjadi rujukan baik di barat maupun di timur. Namun demikian, sumber pokok yang mereka manfaatkan adalah nash-nash agama. Ini dapat dilihat terutama pada aliran Mu’tazilah dan Al-‘Asy’ariyyah. walaupun demikian, dalam kenyataannya ilmu kalam lahir dari masalah Islam sendiri, sedangkan cara pemecahannya yang hanya terpengaruh dari filsafat[3].
Meskipun demikian, adanya pengaruh filsafat Yunani terhadap Pemikiran filosof-filosof muslim, buka berarti hasil pemikiran mereka menjiplak atau menyalin bahasa dari bahasa mereka ke bahasa Arab. Betapa banyaknya para filosof baik yang Muslim ataupun yang non-Muslim terpengaruh oleh pemikiran filosof Yunani sebelumnya, namun mereka tidak menjiplak begitu saja. Burch De Spinoza yang dikenal sebagai pengikut Rene Descartez mempunyai filsafat tersendiri. Demikian juga dengan Ibnu Sina meskipun terpengaruh oleh pemikiran Aristoteles namun ia mempunyai pemikiran filsafat tersendiri yang tidak dimiliki  oleh Aristoteles.


[1] Ahmad tafsir, “Filsafat Umum”, 2010, hal.238
[2] Sirajudin Zar, Filsafat Islam filosof dan filsafatnya, 2010,hlm. 31
[3]Ibid., hlm. 16